Rammang-rammang adalah perkampungan kecil yang berada dipedalaman hutan. Kampung ini dinamakan Kampung Rammang-rammang karena disana terdapat Pohon nipa (bahasa Makassar) yang tumbuh di sepanjang pesisir sungai pute. pohon yang banyak itulah yang di sebut Romang. Sehingga masyarakat yang hidup disana menamakan kampung rammang-rammang.
Pada suatu hari seorang kakek tua yang hidup sebatang kara, istrinyapun
telah lama meninggal. Rumahnya tak jauh dari kampung Rammang-rammang. Ia tinggal
di sebuah gubuk kecil yang hampir hancur dimakan usia masih saja ditempatinya. Gubuk
itu terbuat dari pohon yang dikumpulkannya sendiri, tak jarang jika musim hujan
harus memperbaikinya kembali, karena sewaktu waktu angin kencang dan hujan deras
dapat menghancurkan tempat tinggalnya.
Saat pagi buta, matahari belum
menampakkan sinarnya, rerumputan hijau masih diselimuti embung pagi. sebuah
kebiasaan yang perlu dilakukan bagi kakek tua yang hidup seorang. Mengumpulkan ranting pohon dan mengambil singkong.
Singkong dimasak dengan menggunakan ranting pohon yang dijadikan sebagai
makanan pokok. Pada saat mencari kayu bakar, Si kakek mendengar suara seseorang
yang tertawa dari dalam hutan. Dengan
penuh keherangan, Si kakek mencari suara tersebut.
Dari jauh kakek melihat beberapa
perempuan cantik yang sedang asik mandi di kolam kaki gunung. Sekalipun
perempuan itu tidak perna dilihatnya, dan tampak asing dengan pakaian yang
digunakan, layaknya putri kerajaan. Kakek mengusap matanya, menjepit pipi dengan
kedua tangannya. “Apakah aku sedang mimpi” Kata kakek tua yang keherangan.
Disamping itu, tampak dua hewan basar,disisi pintu masuk kolam. Kalajengking
dan Ular besar bagaikan pengawal para putri yang sedang mandi. Di tempat ini
tidak ada kerajaan, hanya perkampungan kecil didalam hutan. Melihat kejadian
itu Si kakek terkejut, lekas pergi meninggalkan kolam tempat mandi para putri.
Langka kaki kakek takperna berubah, pandanganya hanya fokus pada satu titik,
kearah depan.
Setelah beberapa hari, kakek kembali
mencari ranting pohon dihutan. Suara perempuan itu tampak terdengar lagi, Si
kakek kembali mendekat kearah kolam, tempat mandi para wanita misterius itu. Saat
berada di sana, tidak ada seorang pun, Para putri dan dua hewan itu tampak
hilang. Batu disekitar kolam tampak kering, tidak ada tanda-tanda seseorang
yang datang kemari.
Setiap kali Sikakek kehutan mencari kayu
bakar, pasti mendengar suara perempuan yang sedang mandi, tapi ketika di temuai
menghilang. Bukan cuma kakek seorang tapi sudah ada beberapa masyarakat kampung
rammang-rammang yang perna mendengarnya langsung suara itu. Sehingga masyarakat
disana menamakan kolam tersebut sebagai Taman Bidadari, Tempat para bidadari
singgah untuk mandi.
Air di kolam tempat para putri itu mandi
adalah sumber mata air yang sangat jerni.
Sangking jerninya, dapat dilihat dasar kolam yang dekat dari mata, ukuran
kedalaman kolam lebih dari 10 meter. Terdapat gunung-gunung kecil yang
mengelilingi kolam, terdapat juga 2 gua yang menurut pendapat masyarakat
berhubungan langsung dengan laut lepas, dan yang satunya bersambung dengan sungai
pute.
Sampai
sekarang taman bidadari itu masih dipercaya sebagai tempat mandi para bidadari,
0 komentar